Angin,
yang pada dasarnya timbul akibat penghangatan udara oleh matahari. Di negara-negara
maju angin telah dimanfaatkan sebagai energi alternative. Energi angin
ditangkap melalui baling-baling yang akan berputar bila terkena hembusan angin
atau disebut turbin angin.
Di
Denmark, baling-baling yang berputar dalam kelompok kecil atau besar tampak di
berbagai wilayah. Energi angin yang terpasang di Denmark saat ini jumlahnya
lebih dari 3.000 MW – sekitar 20% dari kebutuhan listrik negara itu. Di kebanyakan
negara Eropa, pengurangan pajak dalam jumlah besar yang dirancang untuk
mengurangi emisi karbon dan menyapih perekonomian dari minyak bumi dan
barubara, telah membuat marak industri energi angin. Benua ini memimpin dunia
dalam energi angin, dengan jumlah hampir 35.000 MW, setara 35 pembangkit
listrik besar bertenaga batubara.
Di
Jerman, prototipe turbin angin terbuat dari serat kaca dan baja setinggi 183
meter, memiliki baling-baling sepanjang 61,5 meter yang mampu menghasilkan
listrik lima MW. Turbin ini bukan hanya menjadi monumen bagi rekayasa teknik,
tetapi juga mewakili upaya untuk menghadapi tantangan baru dalam industri energi
angin. Salah satu tantangan baru itu adalah estetika. Penempatan turbin di
daerah-daerah berlanskap bagus sering kali menuai protes. Contohnya di Lake
District di Inggris.
Namun,
orang Denmark tampaknya lebih suka turbin dari pada orang Inggris, barangkali
karena banyak turbin di Denmark dimiliki bersama oleh penduduk setempat. Lebih sulit
mengatakan “jangan di kebun saya” kalau sesuatu yang ada di kebun anda itu
ternyata menguntungkan.
Tetapi
penolakan dari lingkungan bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi
pembangunan energy angin. Di sepanjang Eropa, banyak lokasi yang memiliki
tenaga angin tinggi telah menjadi tempat tinggal. Oleh karena itu, prototype turbin
angin berskala lima MW di Jerman dirancang untuk memproduksi listrik berskala
besar di dekat laut, jauh dari lokasi berlanskap indah.
Banyak
garis pantai memiliki are lapisan benua dangkal yang luas, di mana angin
bertiup lebih kencang dibandingkan di daratan. Dan di mana, seperti diungkapkan
seorang pakar angin,”tak satu pun makhluk mengeluhkannya”. Betapapun penduduk
tertentu yang menolak keberadaan turbin angin terkadang masih keberatan
memandang menara-menara turbin di cakrawala. Biaya pembangunan dan perawatan
turbin angin lepas pantai lebih besar ketimbang turbin di daratan, tetapi turbin
yang lebih besar ternyata lebih hemat biaya dibandingkan yang lebih kecil.
Segi
positifnya, baik angin maupun tenaga surya dapat menyediakan apa yang disebut energi
tersebar. Keduanya dapat menghasilkan listrik dalam jumlah kecil dekat si pemakai.
Anda mungkin tak punya pembangkit listrik batubara secara pribadi, tetapi anda
dapat memiliki kincir angin sendiri dengan baterai untuk menyimpan energi yang
dapat dipakai pada hari-hari tak ada angin.
Semakin
banyak masyarakat atau rumah yang membuat energi angin mereka sendiri, maka
semakin kecil dan murah pusat pembangkit listrik dan jalur transmisinya. (Sumber: National Geographic Indonesia,
dengan penyesuaian)
Sumber : Lukman, Rinaldi. 2006. Geografi 2 SMA/MA. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega
0 komentar:
Posting Komentar